Menghadiri secara virtual, Rakornas Membangun Ketangguhan Bencana 2021, secara virtual di Gedung Bawarasa lantai 1 yang dibuka langsung oleh Bapak Presiden RI, Ir. Joko Widodo, Pemerintah Kabupaten Trenggalek menyampaikan kesiapannya melaksanakan arahan presiden untuk membangun ketangguhan bencana.
Usai mengikuti pembukaan rakornas ini, Wakil Bupati Trenggalek, Syah Muhamad Natanegara, SH., menuturkan, "pada perinsipnya karena Trenggalek adalah daerah rawan bencana kita harus mempunyai kesiapan dalam menghadapi kebencanaan tersebut," ungkap wakil bupati muda ini.
Sempat sebelumnya, lanjut Syah menambahkan, "kita menggelar kesiapan menghadapi bencana ini di Pantai Konang, Kecamatan Panggul. Maka dari itu kita akan terus membangun sinergi untuk menciptakan ketangguhan bencana," imbuhnya.
Melengkapi pernyataan wakil bupati, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Trenggalek, Ir. Joko Irianto, M.Si., menambahkan, "sesuai arahan bapak Presiden kita akan benear-benar mempersiapkan ketangguhan bencana," imbuhnya.
Kemudian juga akan mematangkan perencanaan pembangunan. Seperti kesesuaian tata ruang serta konstruksi disesuaikan benar-benar dengan konstruksi tanah dan kerawanan bencana yang ada.
Kepala BPBD ini juga menegaskan mengenai kecepatan penanganan bencana termasuk juga dengan mitigasi bencana.
Tidak boleh ada bila terjadi bencana kita saling tunggu. Harus ada reaksi dengan cepat atas kejadian bencana yang ada dan jangan ada ego sektoral. Ini kewenangan dinas A, ini kewenangan dinas B, bila terjadi langsung dikoordinasikan dengan baik.
"Edukasi terhadap masyarakat juga penting, sehingga bila terjadi bencana bisa mengantisipasi. Paling tidak saat terjadi bencana sudah ada kesiapan dan tidak panik dalam menghadapi bencana tersebut," tutup Joko.
Dalam rakornas itu Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Doni Monardo, menyampaikan, dalam satu tahun terdapat 9 kali bencana baik gempa banjir, dan bencana yang lainnya.
Kurang lebih tercatat kerugian dalam satu tahun terakhir terdapat kerugian lebih dari Rp 22 triliun, maupun kerugian korban jiwa meninggal.
Angka yang cukup besar, bahkan dunia menilai Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki resiko bencana tinggi.
Untuk itu BNPB berharap seluruh elemen dari Sqbang sampai Merauke bisa bahu membahu dalam mengantisipasi dan penanganan bencana di tanah air.
Tidak hanya pemerintah, namun keterlibatan swasta, kalangan pengusaha dan masyarakat dibutuhkan, untuk penanganan bencana kedepan bisa lebih baik lagi.
Sama halnya dengan Kepala BNPB, Presiden Jokowi juga berpesan dalam rakornas ini, satu tahun ini kita diberi pengalaman dan pembelajaran yang sangat berharga, tidak hanya bencana alam melainkan juga bencana kesehatan yang mendampak ekonomi secara global.
Banyak negara yang terdampak sama, dan pandemi ini mengharuskan kita bekerja keras dan bekerja cepat.
Presiden mengapresiasi BNPB yang telah bekerja keras menghadapi bencana ini. Dan mengingatkan seluruh elemen untuk bekerja lebih baik lagi.
Presiden juga menyebut Negara Indonesia termasuk dari 35 negara yang beresiko tinggi bencana. Tahun kemarin ada 9 bencana besar baik bencana hidrometrologi dan bencana lainnya.
Poin penting dalam penanganan bencana adalah upaya pencegahan dan mitigasi bencana bencana. Semua tidak hanya bergerak cepat namun bisa mengemplementasikan hal ini dalam kebijakan pemerintan.
Dicontohkan oleh Presiden bangunan tahan gempa, sehingga bila terjadi bencana bangunan ini bisa tahan. "Evaluasi terus, ada kekurangan perbaiki," pesannya.
Selain itu menurut Jokowi, kebijakan harus sinergi mulai hulu hingga hilir. semua harus sama. Management tanggap darurat dan kemampuan kecepatan rehabilitasi dan rekonstruksi bencana penting. Penanganan ini harus cepat, karena kecepatan adalah kunci dalam penanggulangan bencana.
Termasuk peringatan dini terhadap bencana harus terus dijaga. Sekali lagi kecepatan menjadi kunci utama penanggulangan bencana dan meminimalisasi jatuhnya korban.
Terkhir Presiden Jokowi mengingatkan pentingnya edukasi dan litersi kepada masyarakat harus terus ditingkatan sampai dengan lingkup terkecil yaitu keluarga.
"Lakukan simulasi-simulasi, sehingga bila terjadi bencana masyarakat siap untuk melakukan apa," pesan beliau. (Isdianto)